Efektivitas KAP

“Evaluasi Komparatif Efektivitas Pendekatan Komunikasi Antar Personal (KAP) dalam Meningkatkan Cakupan Imunisasi di Kalangan Tenaga Kesehatan di Aceh Besar”

Rendahnya cakupan imunisasi di Aceh Besar masih menjadi tantangan serius bagi upaya kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa angka imunisasi dasar lengkap berada di bawah target nasional, sehingga meningkatkan risiko munculnya kembali penyakit yang sebenarnya dapat dicegah seperti campak, difteri, dan polio. Kondisi ini diperburuk oleh adanya keraguan sebagian masyarakat, pengaruh isu sosial dan agama, serta terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam menyampaikan pesan secara persuasif kepada orang tua.

Sebagai upaya menjawab tantangan tersebut, pendekatan Komunikasi Antar Personal (KAP) mulai diterapkan di kalangan tenaga kesehatan. Pendekatan ini dianggap lebih efektif karena menekankan interaksi langsung, membangun kepercayaan, serta membuka ruang dialog dua arah antara tenaga kesehatan dengan masyarakat. Melalui komunikasi yang lebih dekat dan personal, tenaga kesehatan dapat lebih memahami kekhawatiran orang tua serta memberikan penjelasan yang tepat mengenai manfaat imunisasi.

Penelitian ini dilaksanakan oleh Yayasan SEHAI sebagai peneliti pada periode Oktober 2024 hingga Januari 2025. Studi ini dilakukan secara evaluatif dan komparatif untuk mengukur efektivitas penerapan KAP dalam meningkatkan cakupan imunisasi. Hasil perbandingan antara tenaga kesehatan yang menerapkan KAP dan mereka yang masih menggunakan komunikasi konvensional menunjukkan perbedaan yang jelas. Tenaga kesehatan yang mengedepankan KAP lebih berhasil membangun hubungan positif dengan masyarakat, sehingga penerimaan terhadap imunisasi meningkat secara signifikan.

Selain meningkatkan penerimaan, KAP juga berperan dalam mengatasi hambatan informasi yang sering kali menjadi alasan penolakan imunisasi. Banyak orang tua sebelumnya menolak imunisasi karena dipengaruhi isu atau hoaks yang berkembang di lingkungan mereka. Melalui dialog antar personal, tenaga kesehatan dapat meluruskan kesalahpahaman tersebut, menyampaikan informasi berbasis bukti, dan meyakinkan orang tua bahwa imunisasi aman, halal, dan bermanfaat bagi perlindungan kesehatan anak.

Evaluasi juga menunjukkan bahwa penerapan KAP berdampak positif terhadap motivasi tenaga kesehatan. Dengan metode ini, mereka merasa lebih percaya diri dalam memberikan edukasi karena komunikasi tidak hanya berfokus pada penyampaian informasi, tetapi juga menekankan kemampuan mendengarkan, empati, serta penggunaan bahasa yang sesuai dengan budaya lokal. Hal ini membuat proses komunikasi menjadi lebih partisipatif dan diterima lebih baik oleh masyarakat.

Namun, penerapan KAP di lapangan tidak lepas dari tantangan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, beban kerja yang tinggi, serta kurangnya pelatihan khusus menyebabkan sebagian tenaga kesehatan belum maksimal dalam menerapkan pendekatan ini. Karena itu, dukungan pemerintah daerah dan mitra terkait sangat diperlukan, terutama melalui pelatihan berkelanjutan, pendampingan, dan pemberian apresiasi bagi tenaga kesehatan yang berhasil meningkatkan cakupan imunisasi dengan metode KAP.

Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa pendekatan Komunikasi Antar Personal (KAP) lebih efektif dibandingkan komunikasi konvensional dalam meningkatkan cakupan imunisasi di Aceh Besar. Dengan memperkuat penerapan KAP, diharapkan tidak hanya terjadi peningkatan cakupan imunisasi, tetapi juga terbentuk hubungan kepercayaan yang lebih baik antara tenaga kesehatan dan masyarakat. Hasil penelitian Yayasan SEHAI ini diharapkan dapat menjadi landasan penting dalam menjaga kesehatan anak-anak Aceh serta mendukung pencapaian target imunisasi nasional maupun global.