Diseminasi Hasil Kajian Perspektif Masyarakat dan Tenaga Kesehatan untuk Mengatasi Kesenjangan Imunisasi Anak Usia Bawah Dua Tahun di Aceh

Photo of author
Written By Admin Sehai

Banda Aceh, 25 Agustus 2025 – Yayasan Sehat Hebat Data Aceh Indonesia (SEHAI) bersama UNICEF Perwakilan Aceh dan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh menyelenggarakan kegiatan diseminasi hasil kajian bertajuk “Perspektif Masyarakat dan Tenaga Kesehatan untuk Mengatasi Kesenjangan Imunisasi Anak Usia Bawah Dua Tahun di Aceh.” Acara ini berlangsung di Aula Balee Keurukon, Balai Kota Banda Aceh, dan dihadiri oleh perwakilan lintas sektor, mulai dari pejabat pemerintah, akademisi, tenaga kesehatan, hingga organisasi masyarakat.

Acara ini dihadiri oleh pejabat lintas sektor, antara lain Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh, Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh, perwakilan DP3AP2KB, DPMG, acara ini juga dihadiri sejumlah pengku kebijakan Kabid P2P Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, serta Penanggung Jawab Program Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Hadir pula Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Banda Aceh,serta pimpinan akademisi dari Universitas Syiah Kuala (USK). Hadir pula jajaran kepala puskesmas di wilayah Banda Aceh, termasuk Puskesmas Jeulingke, Banda Raya, Ulee Kareng, Meuraxa, dan Jaya Baru, serta Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kota Banda Aceh.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Ferdiyus, SKM., M.Kes., yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan Aceh. Dalam sambutannya, Ferdiyus menekankan bahwa hasil riset ini sangat penting untuk memahami kondisi nyata lapangan serta menjadi dasar bagi langkah strategis pemerintah. Ia menyampaikan, “Kajian ini menjadi bahan refleksi bersama dalam memahami tantangan Aceh dalam meningkatkan cakupan imunisasi, khususnya bagi anak usia bawah dua tahun. Kolaborasi lintas sektor mutlak diperlukan agar kesenjangan imunisasi dapat diatasi dengan langkah yang lebih tepat sasaran.”

Kepala Perwakilan UNICEF Aceh, Andi Yoga Tama, juga menyoroti kompleksitas permasalahan imunisasi di Aceh. Menurutnya, rendahnya cakupan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan masyarakat, tetapi juga terkait dengan kepercayaan, akses layanan, serta dukungan keluarga. “Imunisasi bukan sekadar upaya kesehatan, melainkan hak dasar setiap anak. Untuk itu, kerja sama dari seluruh pihak, baik pemerintah, akademisi, tenaga kesehatan, maupun masyarakat, sangat dibutuhkan agar kesadaran dan penerimaan terhadap imunisasi dasar lengkap semakin meningkat di Aceh,” ujarnya.

Forum ini turut menghadirkan dua narasumber utama, yakni dr. Dita Ramadonna, M.Sc., dari UNICEF Aceh, serta Ibu Dharina Baharuddin, SKM, MKM, PhD, selaku peneliti dan Direktur Yayasan SEHAI. Melalui pemaparan mereka, disajikan temuan dari studi kuantitatif dan kualitatif terkait tren imunisasi dasar dan imunisasi baduta di Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 208 anak yang diteliti, hanya sebagian kecil yang telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap (IDL). Bahkan di kalangan keluarga tenaga kesehatan sendiri masih ditemukan anak yang tidak memperoleh imunisasi sesuai rekomendasi.

Dalam penjelasannya, dr. Dita menyampaikan bahwa persoalan imunisasi tidak hanya berkaitan dengan akses layanan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kepercayaan, sikap, dan pengetahuan orang tua. “Berdasarkan temuan riset, masih terdapat anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap, bahkan di kalangan keluarga tenaga kesehatan. Hal ini memperlihatkan bahwa tantangan imunisasi bersifat multidimensi,” jelasnya. Ia menambahkan, keterbatasan komunikasi efektif tenaga kesehatan, misinformasi di masyarakat, serta rendahnya dukungan keluarga inti menjadi faktor risiko utama yang memperbesar peluang ketidaklengkapan imunisasi anak.

Dharina Baharuddin menekankan pentingnya memperkuat strategi komunikasi dan literasi kesehatan masyarakat. Hasil kajian menemukan bahwa selama ini sosialisasi imunisasi masih lebih menitikberatkan pada tenaga kesehatan, sementara pendekatan langsung ke masyarakat belum optimal. “Kita perlu memperkuat komunikasi berbasis bukti, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam menyampaikan informasi, serta memperluas kolaborasi lintas sektor. Tanpa intervensi nyata, kesenjangan imunisasi akan berdampak jangka panjang pada kualitas kesehatan anak Aceh,” tegasnya.

Forum juga mencatat sejumlah rekomendasi, di antaranya perlunya monitoring dan evaluasi berkelanjutan terhadap praktik komunikasi antar pribadi (KAP), peningkatan pelatihan bagi tenaga kesehatan maupun jurnalis, serta pengembangan strategi komunikasi publik yang sederhana, mudah dipahami, dan berbasis bukti. Peserta menekankan bahwa kegiatan advokasi ke depan sebaiknya lebih inklusif, tidak terbatas pada kelompok tertentu, tetapi melibatkan berbagai sektor agar program imunisasi dapat berjalan lebih efektif.
Melalui forum diseminasi ini, para pemangku kepentingan sepakat untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam memperluas cakupan imunisasi anak baduta di Aceh. Rekomendasi yang dihasilkan diharapkan menjadi landasan dalam merumuskan kebijakan dan program kesehatan yang lebih responsif, sekaligus memastikan setiap anak memperoleh haknya atas imunisasi dasar lengkap demi masa depan generasi Aceh yang lebih sehat.(Sri Wahyuni)

Leave a Comment