Workshop Microplanning Penguatan Imunisasi

Workshop Microplanning untuk Penguatan Imunisasi Rutin di Aceh

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Aceh dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan signifikan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2021, cakupan IDL di Aceh hanya mencapai 11,8%, angka terendah di seluruh Indonesia dan jauh di bawah target nasional 54,6%. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena rendahnya cakupan imunisasi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang sebenarnya bisa dicegah, seperti campak, difteri, hingga polio. Situasi ini semakin krusial setelah ditemukannya kasus polio di Pidie pada akhir tahun 2022, yang kemudian ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) nasional.

Untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian Kesehatan RI bersama UNICEF Aceh, Dinas Kesehatan Aceh, dan SAHAS Inisiatif menyelenggarakan serangkaian workshop Microplanning Imunisasi Rutin di tiga wilayah prioritas, yaitu Aceh Besar, Sabang, dan Pidie Jaya pada Mei 2023. Microplanning menjadi strategi penting karena membantu tenaga kesehatan merencanakan kegiatan imunisasi secara detail, mengidentifikasi hambatan yang ada, serta menyusun langkah-langkah solusi agar pelayanan imunisasi dapat menjangkau seluruh anak tanpa terkecuali.

Workshop ini bertujuan untuk mendukung peningkatan cakupan imunisasi dasar dan lanjutan, meningkatkan pemahaman serta motivasi tenaga kesehatan dalam menyusun dokumen microplanning, dan menghasilkan draft awal dokumen yang nantinya akan digunakan di masing-masing Puskesmas. Dengan adanya microplanning, diharapkan setiap Puskesmas memiliki rencana kerja yang lebih terarah, berbasis data, dan mampu mengidentifikasi kelompok masyarakat yang sulit dijangkau agar tidak ada anak yang tertinggal dari layanan imunisasi.

Kegiatan pertama dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 16–17 Mei 2023 dengan melibatkan 56 tenaga kesehatan dari 28 Puskesmas. Para peserta mendapatkan materi tentang kebijakan imunisasi nasional, pencatatan data microplanning, serta strategi catch-up imunisasi untuk anak yang belum lengkap imunisasinya. Antusiasme peserta sangat tinggi, terlihat dari diskusi interaktif dan latihan penyusunan dokumen microplanning. Puskesmas Pekan Bada terpilih sebagai Puskesmas dengan dokumen terbaik, disusul oleh Lembah Seulawah, Darul Imarah, dan Lhoknga.

Selanjutnya, workshop digelar di Kota Sabang pada 18–20 Mei 2023 dengan 12 peserta dari 6 Puskesmas. Kegiatan di Sabang lebih menekankan pada strategi komunikasi dengan orang tua, pemanfaatan media sosial untuk edukasi kesehatan, serta pencatatan data imunisasi melalui ASIK (Aplikasi Sehat Indonesiaku). Peserta aktif menyusun dokumen microplanning berbasis data tahun 2021–2022. Puskesmas Cot Ba’u dinobatkan sebagai yang terbaik, sementara Puskesmas Jaboi dan Sukajaya juga mendapat penghargaan.

Workshop terakhir dilaksanakan di Kabupaten Pidie Jaya pada 25–26 Mei 2023, diikuti 24 peserta dari 12 Puskesmas. Di sini, isu stunting turut dibahas karena erat kaitannya dengan rendahnya cakupan imunisasi. Peserta menyusun microplanning dengan menggunakan data 2021–2023, dan menunjukkan semangat tinggi dalam menyelesaikan dokumen meski masih ada yang perlu disempurnakan. Puskesmas Cubo berhasil meraih penghargaan utama, sedangkan Ulim, Panteraja, dan Bandar Dua juga mendapat apresiasi.

Hasil dari rangkaian workshop ini menunjukkan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam menyusun dokumen microplanning, yang dibuktikan dengan diunggahnya seluruh draft ke Google Drive khusus yang disediakan panitia. Para peserta juga mendapatkan sertifikat SKP dari IAKMI sebagai pengakuan profesional. Meski masih terdapat tantangan seperti keterbatasan kemampuan teknologi dasar, rendahnya motivasi sebagian peserta, serta adanya tenaga kesehatan yang belum sepenuhnya percaya pada imunisasi, kegiatan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat sistem imunisasi berbasis data. Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga internasional, dan organisasi lokal seperti SAHAS Inisiatif, diharapkan cakupan imunisasi di Aceh dapat meningkat signifikan, melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya, serta mendukung pencapaian target SDGs 2030 di bidang kesehatan anak.